Senin, 24 Desember 2012

Warung apung Ambarawa ini adalah salah satu resto wisata yang masih baru di Ambarawa, Kabupaten Semarang. Kini warung apung Ambarawa atau juga biasa disebut "Kampoeng Rawa" ini menjadi salah satu magnet wisata Jawa Tengah. Konsep Kampoeng Rawa ini adalah resto wisata, yang menonjolkan sisi kuliner namun juga disupport adanya beberapa objek permainan. Akses ke Kampoeng Rawa ini sangat mudah, dapat diakses melalui jalur lingkar Ambarawa. Kampoeng Rawa ini juga masih berlokasi di daerah danau rawa pening.

inilah warung apung Kampoeng Rawa

Mendengar ada wisata baru di Ambarawa, maka saya pun tertarik untuk datang dan melihat sendiri seperti apa warung apung Ambarawa itu. Setelah sampai, saya pun cukup takjub akan pemandangan yang tersaji di sana. Karena berlokasi di jalur lingkar Ambarawa, Kampoeng Rawa ini seperti menjadi magnet bagi para pendatang yang melewati jalur lingkar tersebut. Disuguhi pemandangan alam yang begitu indah, sawah, pegunungan dan rawa pening pun dapat dinikmati dari Kampoeng Rawa Ambarawa. Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, Kampoeng Rawa ini berkonsep resto wisata, sehingga menonjolkan wisata kulinernya, saat ini sudah ada 2 unit warung apung, namun yang telah difungsikan hanya 1 dahulu. Namun kapasitas 1 unit warung apung pun sudah cukup banyak. Menurut sumber yang saya ketahui Kampoeng Rawa ini direncanakan memiliki 3 unit warung apung. Satu unit warung apung yang sudah dipakai tersebut memiliki kapasitas 300 orang, ditambah dengan adanya gazebo di sekeliling warung apung itu. Pada waktu saya ke sana pun nampaknya sudah cukup ramai pengunjung, walaupun belum 100% jadi.

belum 100% jadi namun sudah ramai pengunjung, dengan pemandangan deretan gunung yang indah

Konsep bangunannya pun menyatu dengan alam. Karena namanya "warung apung" jadi bangunan restonya pun dibuat seperti mengapung di tengah danau. Setelah saya lihat, ada sesuatu yang menarik dari konsep bangunannya, yaitu pada bagian pondasinya. Karena untuk membuat bangunan yang mengapung diatas air, maka tidak menggunakan pondasi seperti biasa yang digunakan bangunan di atas tanah, seperti pondasi cakar ayam, batu kali dll. Pondasi yang digunakan untuk warung apung ini adalah tong plastik. Menarik bukan? Saya pun agak kaget melihat tong digunakan untuk dijadikan pondasi bangunan. Tong-tong tersebut diikat antara 1 dan lainnya, kemudian dihubungkan dengan material di atasnya, lantai kayu dan kolom bambu. semua material bangunan warung apung ini terbuat dari bahan alami, seperti kayu dan bambu. Namun agar tong-tong tersebut bisa menjadi pondasi yang kuat, maka tong tersebut juga harus diikatkan dan dipasakkan ke tanah terdekat.


ini 1 warung apung yang berada di tengah rawa tetapi belum difungsikan sepertinya

pondasinya dari tong-tong yang diikat

Untuk mengakses ke warung apung, kita harus menaiki rakit dari tempat parkir menuju resto warung apung tersebut. Konsep ini sangat menarik, rakit ini ditarik oleh petugasnya dengan tali tambang yang dihubungkan dari depan ke resto warung apung. Namun jangan khawatir, jaraknya tidak jauh, jadi cepat sampai.. :D

rakit untuk menuju warung apung

Resto yang telah digunakan ada 2 unit, 1 warung apung, 1 lagi resto yang tidak berkonsep mengapung, jadi hanya unit resto biasa, namun tetap memiliki gazebo-gazebo di sekelilingnya, dan juga ada kolam pancingnya. Di warung apung pun kita juga dapat langsung memancing dari gazebo-gazebo apung di sekelilingnya. Menu makanan di resto Kampoeng Rawa ini ada ikan bakar, aneka jus, kelapa muda, mendoan, dll.

Selain sebagai resto, seperti yang telah saya sampaikan, bahwa konsepnya juga merupakan wisata. Permainan yang ada antara lain : ATV, perahu keliling rawa pening, becak air, dan bola air. Saya pun ikut mencoba salah satu dari permainan tersebut, saya mencoba perahu keliling danau rawa pening. Tiket untuk perahu keliling rawa tersbut 10.000/orang, 1 perahu dapat memuat untuk 7 orang. Kita akan diajak mengelilingi danau rawa pening kurang lebih 30 menit. Dari perahu kita dapat melihat pemandangan sekeliling rawa. Saya pun tak ingin melewatkan hal tersebut, dan segera saya jadikan objek foto.

arena ATV Kampoeng Rawa
Becak air dan bola air

bebek yang melintas saat berkeliling dengan perahu di rawa pening

suasana rawa, memang saya beri efect yang terlalu mendramatisir..hehe :D


suasana rawa dengan bambu-bambu dan gubuk singgah kecil

tanaman bunga-bungaan di sekitar rawa begitu indah

di sekitar rawa memang banyak nelayan ini salah satunya

ibu ini nampak sedang beristirahat setelah bertani



bunga di pinggiran warung apung

Kampoeng Rawa ini menurut saya merupakan salah satu objek wisata yang cukup menarik. Dengan adanya Kampoeng Rawa ini semoga dapat meningkatkan kepariwisataan Jawa Tengah. Selain itu juga meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Objek wisata Kampoeng Rawa ini cukup recomended untuk mengisi hari libur Anda... :) Selamat berwisata...

Sabtu, 22 Desember 2012

Tampak depan Hotel Dibya Puri

Hotel Dibya Puri yang dulunya bernama "Du Pavillon" ini terletak di Jalan Pemuda. Letak Hotel ini sangat stategis, berada di pusat kota Semarang. Maka tidak heran bahwa dulunya hotel ini sering disinggahi para pejabat untuk menginap saat ada dinas di kota Semarang. Hotel ini dulunya biasa digunakan oleh para bangsawan Belanda, juga pernah ditinggali oleh Bung Karno dan anaknya, juga Pak Harto. Pada masa pemerintahan Pak Harto pun diberikan mandat untuk semua PNS yang bertugas di Semarang diwajibkan menginap di hotel ini. Hotel ini sudah berdiri sejak kurang lebih tahun 1860, sehingga bisa dikatakan sebagai salah satu bangunan kuno sebagai salah satu sejarah Indonesia.

Saya di sini akan memberitahukan apa saja yang saya ketahui dari Hotel Dibya Puri ini. Tadinya saya juga tidak begitu paham dengan keberadaan hotel ini, tetapi saat saya mendapat tugas membuat gambar existing Hotel Dibya Puri, maka saya pun menyurvei langsung ke hotel ini dan memperoleh beberapa data. Hotel ini dulunya memang berfungsi sebagai penginapan. Namun karena pengelolaan yang kurang, dan manajemen yang tidak bisa mencukupi untuk pengelolaannya, maka lama kelamaan hotel yang indah dan megah ini bangkrut. Kurang lebih sudah 4-5 tahun hotel ini mulai terbengkalai. Hotel ini meninggalkan 49 kamar, 2 kamar family, 6 kamar puri suite, 17 kamar moderate, 9 kamar standart, 5 kamar ekonomi AC, dan 10 kamar ekonomi non AC.

Memang sangat memprihatinkan keberadaan Hotel Dibya Puri saat ini. Saat saya menyurvei sekaligus mengukur bangunan gedung ini, saya menyadari bahwa betapa indah sesungguhnya hotel ini. Namun sekarang kita hanya bisa mendapati hotel yang telah rusak di sana sini. Jika kita memasuki bangunan utama di tengah kita akan mendapati sebuah "art" lukisan yang terbuat dari kawat berwarna yang membentuk lukisan pemandangan alam sungai, hewan dan manusia. Lalu kita juga akan melihat adanya cahaya dari atas, ini adalah atrium dari bangunan utama ini sendiri. Atrium ini berfungsi untuk mendapatkan cahaya alami ke dalam bangunan, konsep atrium ini memang sering didapati di bangunan kuno. Ada 2 tangga di kanan dan kiri. Tangga ini pun tidak kalah artistik, penutup handrailnya pun terbuat dari kayu yang diukir dengan sangat detail, ubinnya pun masih ubin lama kuno yang terdapat alat penjepit untuk karpet tangga. Coba bayanggkan jika semua itu masih berfungsi dengan baik masih bersih dan rapi, betapa indah dan megah. Ruang-ruang rapatnya pun bagus, juga menggunakan elemen kayu pada dinding. Menuju ke atas kita akan mendapati lampu di masing-masing tangga kanan dan kiri.

lukisan dari kawat berwarna

atrium bangunan utama

ukiran pada tangga dengan hiasan bohlam lampu sangat artistik

Objek foto bohlam lampu pada tangga

Kaca bermotif di ruang office depan

lampu gantung bulat untuk penerangan di selasar

Ruang meeting dan pertemuan

Di salah satu sudut saya gunakan sebagai objek foto

kuda kuda atap pun dari kayu berukiran, begitu mwaeh dan indah

contoh kamar

Banyak sekali detail-detail bangunan ini yang sangat indah dan artistik. Namun sayangnya memang bangunan Hotel Dibya Puri sekarang ini memang sudah tak layak huni. Banyak yang rubuh, lantai di lantai 2 pun sudah miring, kemungkinan karena konstruksinya melemah. Pada Bangunan lain pun tampak sangat memprihatinkan, terlihat atapnya pun sudah hilang. Konon katanya atap tersebut rubuh karena angin kencang. Saat saya mencoba memasuki beberapa ruang kamar pun suasananya sudah sangat lembab dan kotor.

Bangunan rubuh tanpa atap
Taman yang kini menjadi rimbunan ilalang tak beraturan

Setelah usai saya menyurvei dan mengukur bangunan Hotel Dibya Puri ini saya dan rekan saya pun berbincang-bincang dengan penjaga hotel. Sebelumnya kami juga telah ijin kepada beliau saat akan mensurvei dan mengukur bangunan hotel. Jauh dari kekaguman saya akan keindahan detail keindahan bangunannya, ternyata Hotel Dibya Puri ini konon katanya menyimpan sejuta cerita mistis. Bapak penjaga pun menceritakan detil-detil kemistisan itu. Menceritakan beberapa pengalaman penginap hotel. Ada yang terlempar keluar dari kamar, ada yang dikejar hantu, dll. Yah alhamdulillah selama saya dan teman saya menyurvei bangunan tidak terjadi hal-hal buruk. Tetapi memang beberapa kali kami merasa merinding saat melewati beberapa tempat. Saya pun sempat mendengar bunyi tapak sepatu seperti orang berjalan, padahal tak satupun orang lain selain kami. Yah tetapi saya tidak lalu merasa takut, maka saya teruskan menyurvei bangunan. Setelah berbincang dengan bapak penjaga ternyata di daerah yang saya dengar suara tapak kaki itu memang daerah yang paling rawan. Konon katanya di bangunan tersebut penunggunya suka sekali mengganggu. Tetapi sekali lagi saya ucap syukur alhamdulillah karena saya dan teman saya tidak mendapati hal buruk, alhandulillah lancar dan baik saja.

Terlepas dari pengalaman mistis saya tersebut, saya sangat mengharapkan bangunan Hotel Dibya Puri ini dapat dipugar dan dijadikan salah satu cagar budaya yang memang wajib untuk kita jaga. Setahu saya, memang pemerintah sepertinya akan mengadakan pemugaran tetapi entah kapan proses itu terlaksana. Karena menurut saya Hotel Dibya Puri ini merupakan salah satu aset kota Semarang yang memang perlu dipelihara dan dijaga dengan baik. Jika tidak segera dipugar, bangunan ini akan semakin rusak dan nantinya hanya akan menjadi sampah dan tidak bisa digunakan lagi. Semoga rencana baik pemerintah ini dapat benar-benar terlaksana dengan baik.

Kamis, 20 Desember 2012

Festival Kota Lama Semarang 2012

Festival Kota Lama Semarang 2012

KotaLamaFest


Festival Kota Lama Semarang Tahun 2012 ini diselenggarakan pada tanggal 5-7 Oktober 2012. Dibuka pada tanggal 5 Oktober 2012 di sore harinya. Tempat penyelenggaraannya di gereja blenduk dan taman srigunting dan sekitarnya. Namun eventnya berpusat di gereja Blenduk itu sendiri dan taman srigunting. Acara ini diselenggarakan oleh pemerintah kota Semarang yang bekerja sama dengan Oens Semarang Fondation. Dengan adanya acara ini, masyarakat diajak untuk kembali melihat peninggalan sejarah yang ada di kota Semarang khususnya di daerah kota lama sekaligus mengajak masyarakat untuk mengenali heritage yang ada di kota lama.

Seperti yang tertera pada pamflet di atas, acara terdiri dari 2 bagian yaitu international conference bertempat di dalam gedung gereja Blenduk dan Old Time Food Festival bertempat di sekitar taman Srigunting. Jadwal acara sama seperti yang tertera pada pamflet. Namun saya hanya bisa datang pada hari pertama dan hari ke tiga yakni tanggal 5 dan 7 Oktober saja. Pada hari pertama acara dimulai sore hari, namun saya bisa datang malam harinya. Pada hari pertama ada "old time food festival" berupa bazar makanan khas tempo doeloe, barang-barang kuno, lukisan kuno, musik, dan tari, selain itu juga ada pameran mobil RI Bung Karno, vespa, sepeda tua, dan mobil kuno lainnya.

Mobil RI Bung Karno


Mobil kuno "Karmann"

suasana malam di hari pertama kotalamafest


lampu di taman srigunting penuh makna

Pada hari ke 3, yakni pada tanggal 7 Oktober 2012, saya datang lagi ke event kota lama festival ini. Saya sampai di acara ini di siang hari. Masih sama seperti hari-hari sebelumnya, ada "old time food festival", musik dan tari, pelukis, barang-barang antik kuno, dll. Pada hari terakhir ini juga ada rally foto dan lomba gambar. Saya juga melihat beberapa fotografer yang mengikuti rally foto dalam acara ini sedang hunting foto selama acara berlangsung. Saya pun tidak ingin kalah dengan mereka, saya juga melakukan hunting foto, namun saya hunting foto secara pribadi, saya tidak mengikuti rally foto dalam acara, hehe.. karena saya memang masih pemula. Saya pun menemukan barang-barang unik yang kemudian menjadi objek foto saya.





barang-barang antik yang menjadi objek foto saya

Selain hunting foto di sekitar acara bazar, saya dan teman saya juga mencoba mengikuti "old car tour". Old car tour ini menggunakan mobil kuno, yang konon saya tanya kepada pemilik mobilnya yang juga menyupiri mobil tersebut, mobil tersebut sudah sejak tahun 1952. Ada beberapa mobil yang digunakan dalam old car tour ini, salah satunya mobil yang saya tumpangi. Yang saya kagumkan, mobil-mobil tersebut masih bisa berfungsi dengan baik hingga sekarang ini. Namun memang perawatannya cukup sulit. Dalam Old car tour ini kami (saya dan teman saya) diajak bersinggah ke 4 bangunan di kota lama : Benteng Roode Driehoek, PT Praoe Lajar, Hotel Pelangi, dan gedung Marabunta. Selain diajak menyinggahi sejenak bangunan-bangunan tersebut, kami juga dijelaskan sedikit tentang bangunan tersebut. Tour ini kurang lebih 45 menit lamanya.



benteng Roode Driehoek


PT. Praoe Lajar (Pabrik Rokok)


Lantai 3 balkon aula hotel pelangi


Polder tawang


Gedung Marabunta


Mas Edo, adhi teman saya, saya, dan bapak yang punya mobil

Saya sebagai warga kota Semarang sangat mengapresiasi event ini. Karena dengan adanya event ini saya juga mengharapkan heritage ini dapat tetap terjaga dan tetap dikenal oleh masyarakatnya terutama untuk generasi penerus bangsa, selain itu dengan adanya acara ini saya harapkan antusiasme dari pemerintah maupun masyarakat tentang pelestarian heritage di kota lama ini semakin meningkat. Sehingga ke depannya kota lama bukan hanya menjadi sejarah tetapi juga bisa menjadi aset kota Semarang itu sendiri.

Rabu, 19 Desember 2012

Pantai Tirta Samudera atau biasa disebut "Pantai Bandengan" ini berada di desa Bandengan, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Pantai bandengan ini tidak terlalu jauh dari Semarang, letaknya di timur kota Semarang, dari kota Semarang sendiri perjalanannya hanya membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam. Pantai bandengan ini berada di pesisir pantai Laut Jawa. Pantai ini adalah salah satu wisata pantai yg populer di Jawa Tengah. Maka dari itu, saya dan kawan-kawan saya (shiratsuki cosplay team) memilih Pantai Bandengan ini sebagai objek wisata untuk perayaan HUT Shiratsuki ke 5. Kami berangkat dari Semarang dengan perjalanan kurang lebih 2-3 jam, karena sebelum sampai pantai kami singgah dulu untuk makan. Kami sampai di Pantai Bandengan kira-kira pukul 12.00 siang.


Kami sampai di Pantai Bandengan

Untuk tiket masuknya kalau tidak salah 5000 per orang. Sesampainya di pantai bandengan saya takjub dan kagum dengan keindahannya, pasir putihnya, birunya laut, dan birunya langit berpadu menjadi sebuah lanscape yang sungguh indah.

Pemandangan setiba pantai

Suasana di sekitar pantai Bandengan

Kami sesampainya di pantai Bandengan (tanpa saya,karena saya tukang fotonya,hehe)

Setiba pantai kami bergegas untuk mencoba pergi ke pulau panjang. Kami menyewa perahu dari pantai Bandengan untuk menyeberang ke pulau panjang, kira-kira 10.000/orang. Dan kami pun memulai perjalanan menyeberangi lautan menuju ke pulau panjang. Saya pun sudah tidak sabar lagi melihat bagaimana pemandangan yang akan didapat di pulau panjang, yang dari ceritanya begitu indah.

Kami berangkat dari Bandengan ke Pulau Panjang

Pulau Panjang sudah nampak dekat!!

Perjalanan kami lalui dengan penuh kegembiraan. Ombaknya tidak terlalu besar, namun cukup untuk menggoyangkan perahu dan membuat seluruh penumpangnya berteriak.. hoho.. *lebay dikit* Sampailah kami di pulau panjang. Dan seperti yang saya dengar, memang pemandangan yang didapat sungguh menakjubkan "Subhanallah" terucap dari mulut saya. Betapa indahnya pasir putih, birunya laut dan langit begitu berpadu dengan eloknya. Saya cukup terkagum dengan keindahannya. Dan kami pun mulai befoto di pulau panjang sebagai dokumentasi.
Foto bersama, kali ini ada saya hehe..

Setelah kami puas berfoto di tepian pantai, kami pun melanjutkan perjalanan mengelilingi pulau panjang. Perjalanan mengelilingi/memutari pulau panjang ini jika berjalan santai kurang lebih 1 jam lamanya. Jalanan memutari pulau panjang ini sudah ada "path"nya dengan lebar kira kira 120cm (menurut perkiraan saya yg lulusan arsitek ini,hehe). Jadi jalanannya sudah bagus.
"Lestarikan lingkungan demi anak cucu kita" This is The best quote from Panjang Island

 Di tengah perjalanan kami sempat istirahat

Kami pun sempat singgah untuk berfoto lagi (ada saya juga hehe)

Perjalanan pun berlanjut

Setelah kami sampai pada titik awal lagi, kami pun beristirahat sejenak sambil berfoto dan bersantai. Kami pun sempat bertemu orang asing "bule" saat perjalanan memutari pulau panjang. Ternyata pengunjung pun tak hanya domestik saja tetapi "bule" dari luar negeri pun juga menikmati wisata di pulau panjang ini. Pulau panjang bisa dicapai melalui pantai bandengan namun juga bisa dicapai dari pantai kartini. Setelah itu kami bergegas pulang karena hari sudah sore sekitar pukul 15.00. Kami pun berangkat dari pulau panjang menuju pantai bandengan menggunakan perahu dengan "merk" yang sama pada saat berangkat dari pantai bandengan (ini diharuskan, karena kalau tidak akan salah jurusan,hehe). 

Perjalanan pulang ke pantai bandengan ini sungguh menegangkan, karena hari sudah sore jadi ombak pun sudah semakin tinggi dan besar. Sehingga perahu pun bergoyang-goyang cukup kencang hingga semua penumpang pun ikut kebasahan terkena air laut yang dibawa oleh ombak. Sampai-sampai tidak ada satu pun dokumentasi foto di dalam perahu pada saat pulang, karena air laut selalu datang untuk menerjang, haha.. Jadi memang sebaiknya kalau pulang dari pulau panjang jangan terlalu sore karena ombak sudah makin tinggi. 

Sesampainya di pantai bandengan kami pun melakukan ritual dadakan untuk calon ketua baru, yaitu menceburkannya. Well padahal sebenarnya semua sudah ikut basah saat perjalanan pulang dari pulau panjang karena ombak yang besar, tapi ritual tetap harus dijalankan. Setelah itu kami makan selayaknya piknik menggunakan tikar. Kemudian acara bebas, masing-masing anak bermain sesukanya, ada yang menyewa ban, ada yang menikmati pantai saja, ada yang main banana boat (termasuk saya). Tarif banana boat 30.000/orang, untuk yang kecil hanya muat 5 orang, yang besar bisa sampai 10 orang. Dan tiba lah sunset pada saat kami bermain banana boat. Tapi sayang sunset tiba saat saya di tengah laut bermain banana boat jadi kurang menikmati indahnya. Tapi for all saya puas.. :)
Ritual menceburkan calon ketua pun tetap dilakukan hehe

bermain ban di tepian pantai pun banyak peminatnya termasuk teman-teman saya

saya dan teman-teman akan mencoba banana boat, GREAT! Dahsyat!

sunset di pantai bandengan

Karena kami sudah basah-basahan, jadi kami harus mandi sebelum kami pulang. Di pinggir pantai banyak tersedia tempat mandi, jadi jangan khawatir bila telah berbasah-basahan di pantai. Karena menurut saya basah-basahan di pantai itu "its a must!" :D apalagi di pantai bandengan yang memang TOP pantainya... Bagi yang ingin liburan di wisata pantai, Pantai Tirta Samudera alias Pantai Bandengan ini bisa jadi salah satu best list dan recomended buat dikunjungi...


;;

By :
Free Blog Templates